Akankah Gerakan Pramuka yang besok (14 Agustus 2010) merayakan ulang
tahun ke-49 sekadar kenangan? Banyak pihak berharap agar Gerakan Pramuka
menjadi kendaraan penggemblengan anak bangsa dan pilar pendidikan
karakter kebangsaan.
Gerakan Pramuka, sebagai salah satu wadah pendidikan kepramukaan yang
mengutamakan satya darma dan kode kehormatan merupakan benteng pencegah
masuknya pelunturan nilai kehidupan seperti ketidakjujuran, korupsi,
apatis, asosial, manipulatif, dan sebagainya.
Hal itu diakui oleh mereka yang pernah digembleng dalam wadah Gerakan
Pramuka. Bahkan, mereka merindukan hal yang pernah dialami juga dialami
oleh anak-anaknya. Hanya, saat ini sepertinya Gerakan Pramuka hilang
ditelan bunyi akibat pengaruh berbagai hal yang mampu menutupi peran
strategis Gerakan Pramuka.
Pengaruh buruk bagi Gerakan Pramuka disebabkan pertama, pengelolaan
organisasi kepramukaan satu-satunya itu masih banyak yang mengalir
statis, dan klasik. Jika 20 tahun yang lalu pengelolaan kepramukaan
berjalan seperti itu, saat ini, kepramukaan juga dikelola seperti itu
juga. Dalam kepramukaan terlihat tanpa perubahan, tanpa gairah, dan
tanpa suasana baru. Hal itu dapat dibuktikan melalui kesamaan pola
pengelolaan dan kegiatan dari dulu sampai sekarang.
Ketua Gerakan Pramuka sejak dahulu selalu dijabat oleh pejabat
setempat yang kesibukan di kantornya menumpuk, sehingga kurang perhatian
terhadap berjalannya pengelolaan organisasi. Pada ujungnya, Gerakan
Pramuka dikelola dengan cara sambilan. Apalagi, pendanaan kepramukaan
banyak yang hanya sebagai pelengkap semata. Masih banyak kwartir cabang
yang hidupnya dari dana pelengkap dan bergantung pada jumlah bantuan
yang minimal yang diberikan tanpa kepastian dan ketetapan.
Kedua, rendahnya kepedulian orang dewasa saat ini
dalam membangun generasi muda dibandingkan dengan orang tua yang dahulu
membesarkan orang dewasa itu. Lihat saja, dahulu ketika orang dewasa
masih disebut anak-anak, para orangtua mereka memberikan fasilitas
kegiatan yang lumayan bagus dan beragam, memberikan kesempatan berkemah,
berkegiatan praktis. Saat ini, jarang orang dewasa yang gantian
memerhatikan anak-anak sebagai tanggung jawab sebagai manusia penerus
peradaban akibat kesibukan kerja. Saat ini, yang peduli pada Gerakan
Pramuka hanya tinggal pembina pramuka semata, yang lainnya tidak peduli
seperti waktu dulu.
Ketiga, pergeseran minat anak. Anak-anak saat ini
lebih berminat dengan hal-hal yang praktis, instan, bebas, membanggakan,
dan tidak terikat. Lihat saja, anak lebih senang dengan video game atau
ponsel game sambil menyendiri di suatu tempat dalam waktu yang lama
daripada harus berkegiatan yang mengeluarkan keringat, tenaga, dan
gerakan. Padahal, nilai yang diperoleh bagi dirinya lebih banyak dari
kegiatan di lapangan yakni kekuatan, keberhasilan, usaha, kejujuran,
sosialisasi, daripada dari game yang hanya bernilai kecerdasan. Sebuah
kewajaran jika anak-anak mempunyai sikap seperti itu karena pengaruh
budaya yang melandanya.
Keempat, muatan kepramukaan kurang kemasan menarik.
Banyak kegiatan kepramukaan yang hanya menarik sesaat bagi anak-anak
yang mengikutinya. Setelah beberapa minggu, anak-anak menemukan
kebosanan karena menu kegiatan tidak memberikan daya konstan yang
menarik. Akibatnya, banyak pramuka yang keluar dari lingkaran pendidikan
kepramukaan. Menu kegiatan tidak dikelola oleh pembina secara menarik
dan menantang.
Kelima, pembina pramuka berkualitas sangat kurang.
Saat ini, bisa dihitung dengan jari pembina pramuka yang berkualitas
sesuai dengan kemampuannya. Kebanyakan tidak berlatarbelakang
kepramukaan melainkan latar belakang keguruan karena banyak pembina
pramuka yang berasal dari guru. Padahal, kepramukaan harus dikelola oleh
pembina pramuka yang kuat pengalaman kepramukaannya. Anak-anak yang
dulunya aktif di kepramukaan, setelah besar, tidak mau kembali ke
pramuka untuk mengabdikan dirinya. Padahal, saat ini, banyak yang
dulunya pramuka menjadi manajer, guru besar, direktur, pengusaha,
pedagang, dan seterusnya. Ke mana mereka?
Kemasan Lebih Menarik
Kelima problema kepramukaan di muka mendesak untuk segera dipecahkan
oleh berbagai kalangan jika tidak mau Gerakan Pramuka hanya tinggal
kenangan. Solusi yang diharapkan mengembalikan jati diri Gerakan Pramuka
sebagai berikut. Pertama, revitalisasi Gerakan Pramuka dijalankan
dengan secara matang, nyata, dan kuat. Perencanaan berdasarkan fakta di
lapangan yang dilakukan untuk menunjang pelaksanaan sesuai perkembangan
zaman. Revitalisasi menjadi sebuah keharusan.
Kedua, kesadaran orang dewasa, baik itu orang tua, pejabat, dan
masyarakat harus bersatu padu membangun wadah pendidikan yang cocok bagi
anak-anaknya yang kelak meneruskan kehidupan ini. Kepedulian itu harus
tulus bukan kepedulian yang seakan-akan atau seolah-olah.
Ketiga, kemasan dan penyesuaian aktivitas kepramukaan terhadap
kondisi dan situasi anak-anak sangat diperlukan. Semua aktivitas dikemas
dengan nuansa yang menarik, menantang, praktis, membanggakan, dan
bertujuan dalam konteks kekinian. Dunia anak sekarang memang berbeda
dengan dunia anak dulu. Kondisi perbedaan dunia anak-anak itulah yang
harus diperhatikan.
Keempat, perbanyak pembina pramuka yang berkualitas melalui berbagai
kesempatan. Kesempatan untuk menjadi pembina pramuka harus diperluas
tidak sebatas dari kalangan guru, tetapi disebar ke semua kalangan.
Misalnya, pelatihan pembina pramuka dibuka untuk karyawan, manajer
perusahaan, dan profesi lainnya. Memang selama ini pembina pramuka
terbuka untuk umum. Hanya saja, kepedulian dari pimpinan perusahaan,
perkantoran belum muncul untuk itu.
Bagaimanapun, Gerakan Pramuka harus bertahan dengan luka yang teramat
menganga demi generasi muda bangsa ini. Minimal, masih ada generasi
yang dibesarkan dari wadah pendidikan nilai dan sikap yang senyatanya.
Pada kondisi bangsa yang penuh penyimpangan ini, tentu, Gerakan Pramuka
menjadi wadah strategis dalam mencegah penyimpangan itu.
Penulis : Dr Suyatno MPd
Dosen Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar